Monday, April 8, 2013

Finished reading the fault in our stars. Took me 3 days to read it though its not that long haha and now im here not to spoil you abt the story, but the side effect of the story. Thus, im going to tell it in indonesian due to my declining skill of english haha so pardon me dear readers :)

Jadi gini, bagi yang belum baca novel ini, gue saranin:
JANGAN BACA NOVEL INI SEMBARI DENGERIN paroeh waktu - karena kita tidak kenal ATAU damien rice - the blower's daughter!!!!!!!!
Karena lo bakal banjir air mata. Tapi kalo ga dengerin lagu ini juga lo bakal banjir air mata sih, kaya air terjun. Yang penting baca buku ini kalo lgi sendiri, kalo depan umum kan malu juga diliatin kaya orang bego. Tapi parah sih, ceritanya berhasil untuk nempatin diri lo di posisi si peran utamanya, hazel grace.
Yang pada awalnya lo kira lo bakal nyalitin org tersebut, tapi trnyata yang terjadi adalah lo yang ditinggal sebuah luka.
Emang bener, luka itu sakit. Perih. Lama buat kembali seperti semula. Tapi kalo misalnya luka ini indah? Luka yang terbentuk dari rasa saling jatuh cinta?

Ah mulai sensitif nih kalo ngomongin tentang masalah cinta

Sebenernya males sih ngomongin ttg hal itu, wong dia tuh kaya grafik diminishing marginal utility. Dibawa naikkkkkk dulu trua secara perlahan dijatohin. Buk! Sakit. Tapi ga pernah kapok.

Ok itu curhat sebenernya udah terlampau vulgar haha (apasih)

Tapi tumben loh mau curhat panjang lebar gini. Makasih ya John Green.

Ok lanjut lagi ke topik utama, jadi sebenernya gue sangat dan sangat dan sangat suka sama kedua main character disini. Hazel Grace dan Augustus waters.

Bentar intermezzo dulu. Ini hampir jam 12 dan diluar anjing ngegonggong. Ada apa...... (Langsung dzikiran)

Ya kembali lagi. Jadi kedua main character ini pengidap kanker. Hazel mengidap thyroid cancer sedangkan gus kanker tulang tapi lupa istilah kedokterannya apa. Masing2 gebuat gue inspired dalam hal yang berbeda. Gus yang selalu berpikiran positif dan hazel yang dewasa. Tapi yang terpenting mereka berdua sangatlah cerdas. Bukan pintar, tapi cerdas. Lo kalo pinter tapi ga cerdas ya yang ada lo bakal jadi orang yang biasa2 aja. Okesip mulai kabur lgi dri topik utama.

Intinya sih novel ini ngebuat gue lebih menghargai hidup. Gue tau gue gabisa menjadi seperti hazel dan gus yang kalo ngomong filsafatil bgt. Post ini aja tadinya mau bikin sangat sastralistic aja malah jadinya kaya begini haha
Dan dari sini pun gue menyimpulkan kalo gue ga butuh jadi seperti orang lain, gue ga butuh buat terus menerus impress orang lain karena itu hanya akan mebuang waktu lo. Gue hanya harus membuat yang terbaik dari diri gue. Make the best of you.

Udah itu aja
Sekian



No comments:

Post a Comment